Salah satu tonggak bersejarah dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia di Provinsi Bali adalah pendaratan pasukan I Gusti Ngurah Rai dari Pulau Jawa ke Bali, digelar di Tugu Perjuangan Air Kuning, Desa Air Kuning, Kecamatan Jembrana pada tanggal 5 April 1946.
Kisah perjuangan tersebut diceritakan oleh I Wayan Sudarta, Wakil Ketua Yayasan Kebaktian Proklamasi (YKP) saat memberikan sambutan pada acara peringatan Hari Pendaratan Rombongan Ekspedisi Sunda Kecil di bawah pimpinan I Gusti Ngurah Rai, Sabtu (5/4/2025).

I Wayan Sudarta yang saat itu mewakili Ketua YKP, I Gusti Ngurah Gede Yudana, secara gamblang menceritakan latar belakang serta tujuan ekspedisi yang dilaksanakan secara gagah berani oleh Pahlawan Nasional asal Bali beserta 5 rekan seperjuangannya kala itu.
“Berawal dari kegagalan para pemuda pejuang saat menyerang beberapa tangsi Jepang dalam upaya merebut persenjataan mereka. Pemuda saat itu hanya berbekal bambu runcing, golok dan senjata seadanya melawan Tentara Jepang yang menggunakan senjata api lengkap”, papar I Wayan Sudarta.
Menyelamatkan diri dari kejaran Jepang, pasukan Ngurah Rai sempat berlindung di Puri Kesiman, lalu berjalan kaki hingga ke hutan kopi milik keluarga Puri Carang Sari di wilayah Catur, Kintamani.

“Di markas yang terletak di tengah hutan tersebut pejuang mengadakan rapat kilat dan memutuskan untuk meminta bantuan kepada pemerintah pusat yang saat itu beribukota di Jogjakarta”, lanjut I Wayan Sudarta.
Akhirnya para pemuda pejuang sepakat untuk meminta bantuan persenjataan dan tambahan pasukan kepada pemerintah pusat yang saat itu beribukota di Jogjakarta
Maka berangkatlah 6 orang pemuda pejuang dibawah pimpinan Ngurah Rai yang saat itu masih berpangkat Mayor. Di Jogjakarta, rombongan ekspedisi ditemui oleh Letjen Urip Soemoharjo selaku Kepala Staf Tentara Rakyat Indonesia (TRI).

“Pertemuan ini menghasilkan beberapa point krusial yang menjadi tonggak penting bagi perjuangan revolusi di Bali. Diantaranya,
Terbentuknya TRI Sunda Kecil sebagai resimen taktis berada di bawah pimpinan I Gusti Ngurah Rai ;
Bantuan amunisi dan senjata ;
Bantuan ratusan personel tempur;
dan rencananya Bali akan mendapat bantuan sebuah pesawat tempur”, kisah I Wayan Sudarta.
Pada kesempatan itu juga Ngurah Rai mendapat kehormatan berupa kenaikan pangkat dari Mayor menjadi Letnan Kolonel.

“Semangat perjuangan, rasa nasionalisme dan patriotisme inilah yang ingin kita wariskan kepada generasi penerus bangsa”, ungkap I Wayan Sudarta.
Peringatan Pendaratan Pasukan Ekspedisi Ngurah Rai Di Pantai Yeh Kuning sebelumnya dilaksanakan secara khidmat dengan sebuah upacara mengheningkan cipta yang dipimpin oleh I Wayan Sudarta selaku inspektur upacara dan I Ketut Sumber selaku pemimpin upacara.

Usai mengheningkan cipta, giat dilanjutkan dengan penempatan karangan bunga pada monumen jukung pendaratan ekspedisi Ngurah Rai oleh Inspektur upacara serta tabur bunga yang dilakukan oleh seluruh peserta upacara.

Selain Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI), Pemuda Panca Marga (PPM) , Yayasan Kebaktian Proklamasi (YKP), SMK Wira Bhakti, STISPOL Wira Bhakti, Babinkamtibmas Desa Yeh Kuning, tampak hadir pula dalam kegiatan dua orang cucu pahlawan nasional I Gusti Ngurah Rai, AA. Sri dan AA. Nani Suryani.

Kegiatan peringatan Pendaratan Pasukan Ekspedisi Ngurah Rai Di Pantai Yeh Kuning diakhiri dengan penyerahan buku sejarah perjuangan I Gusti Ngurah Rai dari I Wayan Sudarta selaku Wakil Ketua YKP kepada LVRI, PPM, Camat Pekutatan, dan Kepala Desa Yeh Kuning.
