Pijar Bali – Denpasar, Brigjen (anumerta) I Gusti Ngurah Rai adalah seorang Pahlawan Nasional asal Bali yang gugur pada masa perjuangan revolusi melalui sebuah pertempuran heroik pada tanggal 20 November 1945 yang dikenal dengan nama Puputan Margarana.
I Gusti Ngurah Rai terlahir dari pasangan I Gusti Ngurah Pacung dan Ni Gusti Ayu Kompyang di Desa Carangsari, Kabupaten Badung, Bali. Kelahirannya terbilang istimewa, karena diiringi dengan sebuah pertanda alam. Tepat pada tanggal 30 Januari 1917, terjadi gempa dahsyat di Bali yang membuat bumi bergetar hebat (bahasa bali : megejoran). Karenanya Ngurah Rai kecil kerap dipanggil I Gusti Ngurah Gejor.
Partai Buruh Bali : Jangan hanya dikenang saat gugurnya saja
Tak banyak yang tahu dan mengenang 30 Januari sebagai hari kelahiran I Gusti Ngurah Rai. Hal ini cukup memprihatinkan di mata I Nyoman Situ, Ketua Partai Buruh Exco Provinsi Bali saat ditemui di Sekretariat, Rabu (29/01/2025)

“Sangat disayangkan jika putra-putri Bali sampai tidak mengenal sejarah perjuangan para Pahlawan putera daerah”, sebut Nyoman Situ.
Pria asal Kabupaten Jembrana ini kemudian memaparkan jika perjuangan I Gusti Ngurah Rai selain heroik juga menunjukkan patriotisme, kecintaan pada Negara Kesatuan Republik Indonesia.
“Ngurah Rai dengan tegas menolak Bali dimasukkan dalam Negara Indonesia Timur hasil keputusan Perundingan Linggar Jati. Ngurah Rai memutuskan untuk bertempur melawan pasukan Belanda yang dipimpin oleh kawan sekolahnya sendiri, overste Tremoelen”, papar Nyoman Situ.
Ngurah Rai bukan sekedar nama Bandara
Dirinya juga mengingatkan bahwa tak cukup mengenang jasa pahlawan hanya dengan menjadikan namanya sebagai bandara dan jalan raya utama.
“Takutnya nanti jika kita menyebut nama I Gusti Ngurah Rai, orang ingatnya nama bandara, bukan nilai perjuangannya”,ucap Nyoman Situ
Kemudian lanjut Ketua Partai yang getol membela kelas pekerja ini berharap masyarakat bisa mengenang hari kelahiran Ngurah Rai agar dapat memberi inspirasi dan motivasi bagi generasi muda Bali dalam berjuang mempertahankan adat dan budaya Bali layaknya I Gusti Ngurah Rai.
“Saat ini kita membutuhkan idol untuk dapat menjadi inspirasi bagi generasi penerus. Dulu saya ingat, di setiap banjar di seluruh Bali pasti terpasang foto I Gusti Ngurah Rai bersama foto Presiden – Wakil Presiden dan gambar Garuda Pancasila. Semoga di masa kini hal tersebut bisa dikembalikan lagi”, ucap Nyoman Situ.
Dirinya kemudian menutup pembicaraan dengan menyampaikan Dirgahayu kelahiran I Gusti Ngurah Rai ke 107 tahun,”Semoga patriotisme dan nasionalisme yang dijiwai dengan semangat Puputan Margarana dapat kita teladani bersama dalam membangun Bali lebih baik untuk mewujudkan cita-cita Pahlawan”.