Bane Manalu Sebut Bali Overtourism, Ketua STISPOL Wira Bhakti: Bukan Over Tapi Tidak Merata

3 minutes, 12 seconds Read

Pijar Bali – Denpasar, Bali sempat disebut overtourism oleh Bane  Raja Manalu, Anggota Komisi VII DPR RI. Pernyataan itu didasari dari data jumlah kunjungan wisatawan, baik domestik maupun mancanegara yang meningkat dari tahun ke tahun.

Politisi PDI Perjuangan itu mengkhawatirkan fenomena kunjungan wisatawan berlebih ini akan berdampak pada masalah sosial seperti sampah, kemacetan dan lainnya.

“Ketika Bali sudah overtourism, sudah tidak sesuai dengan Tri Hita Karana. Sampah dan kemacetan menjadi persoalan, lalu masalah sosial lainnya,” ucap Bane, dalam rapat Panja RUU Kepariwisataan, di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (13/3/2025).

Anggota Komisi VII DPR, Bane Raja Manalu

Tanggapan Ketua STISPOL Wira Bhakti

Pernyataan Bane Raja Manalu sontak mendapat tanggapan dari Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Stispol) Wira Bhakti Denpasar, Dr. I Wayan Sugiartana, ST, MM.

Sugik, panggilan akrabnya, menuturkan jika dirinya sangat bersyukur dengan beragam potensi yang dimiliki Bali terkhususnya potensi pariwisata.

Menurut Sugik ia sangat bangga dengan potensi pariwisata yang dimiliki Bali dan menjadi daya tarik dunia. Hal ini dibuktikan dengan jumlah kunjungan wisatawan domestik maupun mancanegara ke Bali dari tahun ke tahun selalu meningkat bahkan melebihi target yang ditentukan oleh Pemerintah Provinsi Bali dan Kementerian Pariwisata.

Peningkatan jumlah kunjungan wisatawan menurut I Wayan Sugiartana adalah baik dan memiliki dampak positif pada pertumbuhan ekonomi di semua sektor.

Bagi I Wayan Sugiartana berbagai problem yang terjadi di sektor pariwisata seperti yang disebutkan overtourism adalah masalah persepsi, sebab apabila semua pemangku kepentingan memiliki kesamaan persepsi maka  tidak akan ada sebutan over tourism

Bagi Sugik sebutan overtouris adalah sebutan dini, karena overtourism tidak hanya dinilai dari satu indikator seperti jumlah kunjungan, tetapi dinilai dari beragam aspek.

Pendapatnya, Bali memerlukan manajemen pariwisata yang bagus sehingga peningkatan kunjungan wisatawan tidak membawa dampak negatif.

Menurut Sugik sebutan Overtourism berkonotasi negatif yang seolah memberi kesan bahwa pariwisata Bali sedang tidak baik-baik saja.

Sugik pun berharap agar sebutan overtourism tidak lagi dipopulerkan oleh masyarakat kita sendiri yang nantinya malah bisa dimanfaatkan oleh negara pesaing sebagai kampanye negatif.

“Kok malah orang kita yang berpromosi negatif tentang Bali? Ini menjadi kontra produktif ditengah Indonesia yang sedang  berusaha menggenjot pendapatan dari sektor wisata,” Sebut Sugik

Dr. I Wayan Sugiartana, ST., MM., Ketua STISPOL Wira Bhakti

Bukan Over Tourism Tetapi Sebaran Tourist Yang Tidak Merata

Dia menilai harus ada manajemen kepariwisataan dengan adanya pemerataan aktifitas pariwisata yang tudak hanya berpusat di bagi Selatan Bali tetapi juga bisa sampai di bagian Timur Bali.

Jika dilihat dari indikator jumlah kunjungan wisatawan mancanegara, kata dia, banyak wisatawan yang menumpuk di bagian Selatan Bali. Hal itu terkesan Overtourism.

Padahal dibagian Timur Bali masih banyak destinasi wisata yang belum banyak wisatawan tahu dan belum banyak kunjungi, sehingga apabila aktifitas pariwisata merata di Timur Bali maka akan terjadi pemerataan.

Sugik mencontohkan Singapura yang tidak seluas Bali namun kunjungan wisatawan lebih banyak.

Sugik yang saat ini menjadi Ketua Sekolah Tinggi yang bernaung di bawah Yayasan Kebaktian Proklamasi (YKP) ini juga mengatakan jika Manager International Group Singapore Tourism Board Indonesia, Indriati Permanasari di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta Pusat menyebut Singapura menyambut 16,5 juta wisatawan asing sepanjang tahun 2024. Padahal daratan Singpura hanya seluas 735,7 Km persegi.

Sedangkan di Bali pada tahun 2024, baru menerima 6.333.360 kunjungan wisatawan mancanegara. Sementara luas daratan Pulau Bali adalah 5.590 Km persegi.

Menurutnya Singapura memiliki manajemen kepariwisataan yang bagus sehingga meski kunjungan wisatawan melebihi Bali namun tidak disebut sebagai overtourism.

Bagi Sugik Bali membutuhkan pemerataan pariwisatan dmyang tidak hanya menumpuk pada satu daerah namun menyebar secara holistik dan adil disemua wilayah dan destinasi pariwisata.

Sugik pun mendorong Dinas Pariwisata Bali maupun Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif agar dapat segera membangun potensi wisata di Bagian Timur Pulau Bali.

“Selain pengembangan tentu juga perlu dilakukan  promosi  Pariwisata di Bagian Timur, Utara dan Barat Pulau Bali. Terutama agar ada peningkatan rata-rata lama menginap wisatawan, sehingga tidak menumpuk di Bali Selatan,”tutup Dr. I Wayan Sugiartana, ST, MM. (Alfred Otu)

Berita lainnya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *